Jika dulu pohon pisang hanya dimanfaatkan buah dan daunnya saja, sekarang batang pohon juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Lembaran batang pisang atau biasa disebut pelepah pisang bisa untuk membuat lukisan bernilai ekonomi tinggi
Salah satu seniman lukis yang memanfaatkan pelepah pisang adalah Madun Radiaz. Tinggal di Surabaya, pemilik Kerajinan Alam ini memulai membuat lukisan dari pelepah pisang sejak lima tahun lalu. Awalnya, ia berniat memanfaatkan tumpukan pelepah yang terbuang percuma. "Dengan keahlian melukis, saya lantas membuat lukisan pelepah pisang" ujarnya.
Menurut Madun, lukisan pelepah pisang terlihat lebih indah karena memiliki kesan 3 dimensi (3D). Lukisan berbahan pelepah pisang tampak lebih nyata bila dilihat. Kesan alami juga menonjol hingga menarik minat pembeli.
Dengan keindahan dan keunikannya tersebut, tak heran jika lukisan pelepah pisang bisa dihargai dari yang termurah Rp 500.000 dengan ukuran 40 centimeter (cm) x 60 cm, sampai termahal ukuran 150 cm x 120 cm seharga Rp 4,5 juta.
Madun mengatakan, lukisan pelepah pisang buatannya lebih diminati oleh pembeli dari luar Pulau Jawa seperti dari Kalimantan dan Bali. Namun kebanyakan, pembeli Madun adalah pemilik galeri yang kemudian menjual kembali lukisan-lukisan tersebut.
Dalam sebulan Madun mengaku rata-rata menjual 5-10 lukisan pelepah pisang. Dengan penjualan tersebut, ia bisa mengantongi omzet bulanan mencapai Rp 40 juta. "Itu kalau yang dibeli ukuran besar semua," katanya. Agar omzet yang diterima lebih tinggi, Madun berencana memperluas pasar ke Jakarta. Saat ini, dia masih mencari distributor untuk memasarkan hasil karyanya.
Berbagai tema lukisan ditawarkan Madun, antara lain pemandangan dan kehidupan binatang. Agar pembeli tertarik, Madun juga melayani jika pembeli ingin memilih tema lukisan sendiri.
Tema lukisan yang dipilih akan sangat menentukan pelepah yang dibutuhkan. Misalnya, jika pemesan ingin awan hitam, Madun harus memakai pelepah pisang dengan warna kehitaman.
Promosi dan strategi pemasaran yang baik memang diperlukan untuk menjual lukisan pelepah pisang. Sebagai produk baru, lukisan ini tidak serta-merta lansung melesat ke pasaran. Madun membutuhkan waktu lama untuk bisa menarik pelanggan. Berbagai pameran dia ikuti, termasuk dengan mengadakan pameran sendiri di mal-mal.
Untuk membuat lukisannya, Madun mengumpulkan bahan baku pelepah pisang dari kampung-kampung sekitar Surabaya. Agar lebih alami dan tidak merusak lingkungan, Madun selalu berpesan kepada penyuplai bahan baku pelepah pisang agar mengambil pelepah yang sudah kering di pohon.
Bahan baku yang didapat kemudian dijemur agar kandungan airnya benar-benar hilang. Setelah kering, pelepah diremas-remas agar mudah dibentuk dan kemudian ditempel dengan lem di media lukisan, yakni triplek.
Selain menggunakan pelepah pisang, Madun juga memakai campuran serbuk kayu untuk gambar tanah. Lukisan yang sudah selesai kemudian dilapisi dengan vernis yang diklaim dari bahan organik. Dengan pelapisan tersebut, ia menjamin lukisannya mampu bertahan puluhan tahun.
Madun membuat lukisan pisang dibantu oleh lima orang pekerja. Dengan bantuan pegawainya, dia bisa menyelesaikan lukisan ukuran 40 cm x 60 cm dalam waktu 3 hari. Sedangkan lukisan ukuran 1 meter (m) x 60 cm membutuhkan waktu 2 minggu dan ukuran 1,5 m x 1,2 m selama 3 minggu.
Selain Madun ada juga Andri Yustian asal Jakarta yang membuat lukisan dari pelepah pisang. Dari usaha ini Andri mampu meraih omzet Rp 25 juta per bulan. Memulai usaha sejak 5 tahun lalu, ia menjual lukisannya seharga Rp 3 juta- Rp 5 juta untuk ukuran 1,5 m x 1,5 m.
Selain konsumen Jakarta, Andri juga kerap mendapat pesanan dari berbagai kota di Pulau Jawa. "Ada juga permintaan rutin tiap bulan, yakni dari Balikpapan dan Medan," ujarnya.
Dengan mengedepankan estetika, Andri mencurahkan ketelitian dan kesabaran untuk membuat lukisannya. Makanya, harga tiap lukisan sangat relatif. "Tidak bisa dikatakan mahal, karena karya seni tidak ada bandrol harga murni," jelasnya.
Ia bercerita, dirinya beralih dari media cat ke pelepah pisang setelah tahu lukisan pelepah pisang sangat unik. Apalagi bahan baku pelepah pisang kering sangat melimpah di Sukabumi.
Walau begitu, Andri mengaku kesulitan saat pertama-tama mencoba dengan media pelepah pisang. Permasalahan utama adalah soal warna, di mana warna pelepah pisang hampir seragam yaitu kecoklatan. "Dari situ sudah harus berkreasi agar jadi indah," ujarnya. Selain itu, pelukis juga harus punya imajinasi tinggi untuk menggabungkan pelepah pisang itu menjadi objek gambar.
Tak menyerah, Andri saat ini sudah banyak menghasilkan lukisan pelepah pisang dengan berbagai tema. Dibantu enam pekerja, lukisan Andri banyak mengangkat tema pemandangan alam seperti pegunungan dan pantai.
Ia mengatakan, saat ini tren permintaan lukisan pelepah pisang naik sekitar 25% dibandingkan dengan tiga tahun lalu. Ini lantaran Andri juga gencar melakukan berbagai promosi.
"Saya bersyukur, saat ini, ada media internet," ujarnya. Lewat dunia maya atau internet, selain ongkos promosinya murah, penyebarannya juga mendunia dalam waktu singkat.
Tak hanya sebatas itu, Andri juga rajin mengikuti berbagai ajang pameran. Bahkan dalam waktu dekat ini, ia akan ikut pameran di Singapura dan Malaysia.
Promosi yang gencar membuat Andri optimistis masa depan hasil bisnis ini. Apalagi, saat ini, permintaan lukisan pelepah pisang ini juga cenderung meningkat. Dengan bahan baku yang murah, ia yakin keuntungan bisnis ini menjanjikan. Syaratnya, "Harus tetap jaga kualitas," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar